Dulu saat masih SD, saya belajar membaca dan menyimak beberapa berita di televisi tentang banjir. Katanya salah satu penyebab banjir adalah sampah yang menumpuk di aliran sungai, sehingga aliran air menjadi mampat dan air meluap dari sungai.
Loh, kenapa kok sampah bisa sampai menumpuk seperti itu di sungai? Kalau kata bu guru dulu, itu karena orang-orang yang membuang sampah sembarangan. Oh artinya untuk menghindari bencana banjir, sebaiknya kita tidak membuang sampah sembarangan. Itu menurut otak SD saya waktu itu. Lalu ke mana saya harus membuang sampah?
Buanglah Sampah di Jalan
Beberapa waktu lalu, tepatnya 31 Desember 2014, saya dan teman saya mengambil gitar di kantor Onebit Media, kemudian melewati perempatan Condong Catur dari arah terminal. Kami berhenti saat lampu merah.
Saat kami berhenti, disebelah kami ada 2 orang pemuda berboncengan menggunakan sepeda motor. Salah seorang dari mereka yang duduk di belakang menjatuhkan bungkus rokoknya. Saat itu juga saya merasa risih melihatnya, kemudian menegurnya “Mas, rokoknya jatuh.”
“Oh, sudah kosong kok mas,” jawabnya.
“Lha yo jangan buang sampah di sini lho Mas,” saya coba mengingatkan.
“Iya iya Mas…” dia menjawab dengan membiarkan bungkus rokok yang dijatuhkannya tadi.
Beberapa detik sebelum lampu merah berakhir, saya coba mengingatkan lagi, “Maaf lho Mas, saya cuma mengingatkan saja.”
Eh dia jawab lagi, “Iya iya Mas, gapapa.” sambil nunduk dan tidak mengambil bungkus rokoknya itu.
Kemudian lampu hijau, kemudian mereka menancap gas motornya. Pikir saya cuma satu “Asu!!!”, eh kasihan asunya ya kalau disamakan dengan mereka.
Setelah saya pikir, kenapa dia buang bungkus rokoknya di jalan, kemudian saya mencoba berfikir kalau jadi dia.
Lah, iya mau dibuang di mana sampah itu. Ga ada tempat sampah juga. Buang aja di jalan. Paling nanti kena angin, udah ilang. Lagian kalau buang di sini, trus kabur, ga ada juga yang inget siapa yang buang tuh bungkus rokok.
Iya kalau ga ada yang ngefoto, dan ini foto mereka.
Biarkan Sampah Pada Tempatnya
Pernah ga sih kita pergi ke suatu tempat umum dan datang ke sana dalam keadaan bersih tempatnya, rapi, tidak ada sampah satu pun. Seneng ya.
Rasa senang melihat tempat yang bersih pun saya alami ketika tadi malam masuk ke studio Empire XXI. Kebetulan sekali saya hanya nonton sendirian, dan saat itu saya membawa minuman es teh leci dingin yang saya beli. Membawa makanan maupun minuman adalah hal wajar yang dilakukan oleh penonton di bioskop.
Beberapa puluh menit berlalu, film yang diputar pun sudah berakhir, begitu pula es teh leci yang saya bawa habis bersamaan dengan berakhirnya film. Lampu di studio pun menyala terang, agar penonton bisa keluar dari studio dengan mudah dan keaadaan terlihat jelas supaya tidak ada barang yang tertinggal.
Saya adalah tipe orang yang keluar dari studio belakangan, karena saya malas harus berdesak-desakan dengan mereka yang terburu-buru ingin keluar. Ya sudah, silakan kalau mau duluan.
Hei!!! Apa itu? Bungkus makanan dan minuman berserakan di bawah kursi penonton. Itu ada popcorn bertebaran gitu. Eh lha itu ada juga air minum yang tumpah. Lho kok, itu pemiliknya udah pergi duluan meninggalkan kursi dan bungkus bekas makanannya.
Saya mencoba untuk berjalan di depan orang itu. Saya membawa gelas plastik bekas tempat minum saya tadi untuk dibuang di tempat sampah, berharap dia melihat, kemudian balik dan mengambil bungkus bekas makanannya, ternyata tidak.
Sampai saat saya keluar dari studio, ternyata tidak menemukan tempat sampah di situ. Saya harus berjalan memutar beberapa meter untuk mendapatkan tempat sampah di luar gedung.
Ah, mungkin benar juga orang-orang tadi. Kenapa susah-susah cari tempat sampah, nanti juga ada yang membersihkan sampah itu.
Eh sebentar, ada petugas pembersih kan ya? Mereka orang yang dibayar untuk membersihkan ruangan itu setelah pemutaran film berakhir. Kebayang tidak, mereka harus memungut bekas-bekas makanan dan minuman orang lain, bekas-bekas makanan dan minuman yang tidak mereka nikmati tapi harus mereka bersihkan.
Ah, apa salahnya juga membantu mereka dengan tidak meninggalkan bungkus dan sisa makanan di dalam studio. Paling tidak membiasakan diri untuk tanggung jawab dengan apa yang kita bawa, dan tidak membebankan pekerjaan yang harusnya bisa kita kerjakan ke orang lain.
Bayangkan coba kalau petugas kebersihan tidak cukup waktu untuk membersihkan semua sampah-sampah itu. Pasti akan ada gerutu dari penonton berikutnya.
“Ih jijik, kotor, bau…”
“Milik siapa sih? Jorok banget.”.
“Nih orang mikir ga sih, buang sampah semau jidat mereka”.
Mungkin itu kata-kata yang akan muncul dari bibir embak-embak ber-make-up, bersepatu jinjit, dan datang bersama pacar atau gebetannya yang dandan rapi bersepatu dan berkemeja. Mereka terlihat terpelajar.
Eh, ngomong-ngomong, tadi yang saya lihat meninggalkan sampah, sepertinya penampilannya seperti itu juga. Rapi, bersepatu, berkemeja, mbak di sampinya juga berdandan cantik, bersepatu jinjit. Mereka terlihat terpelajar.
Embuh lah, saya juga tidak tahu harus bagaimana. Yang jelas, saya mengajak teman-teman untuk tidak meninggalkan sampah atau membuangnya sembarangan. Carilah tempat sampah terdekat, buanglah sampah pada tempatnya.
Oh iya, sebenarnya bagaimana sih pengolahan sampah yang benar? Entah itu sampah plastik, sampah basah, sampah medis, sampah rumah tangga atau sampah masyarakat, bagaimana pengolahan yang tepat? Kalau ada yang mengerti tentang hal ini, atau malah berkonsentrasi di bidang ini, tolong nulis, trus nanti saya dikasih tahu.